Di kamboja sini khususnya di Ibukota Phnom Penh terdapat 4 restaurant Indonesia yang dimana karena kota yang kecil disertai dengan eratnya perkumpulan antar insan insan di perantauan tersebut membuat kami menjadi saling mengenal. Tidak hanya saling mengenal saja tapi semuanyapun terlibat aktif untuk kegiatan kegiatan yang diadakan oleh komuniti kami maupun yang diselenggarakan oleh kedutaan.
Saya mempunyai teman yang mempunyai misi sebagai misionaris di kamboja, disela sela melakukan pekerjaannya sebagai misionaris dengan banyak bepergian di kampung kampung, keluar masuk provinsi di penjuru kamboja ini, ada hal yang menarik perhatian saya adalah bahwa teman ini memulai kegiatannya dengan membuat tempe. Tempe fresh ini tidak hanya dinikmati dan didistribusikan kepada kita kita di komuniti Indonesia tetapi juga diperkenalkan sebagai makanan alternatif baru untuk masyarakat kamboja yang tadinya tidak mengenal tempe sama sekali.
Beliau dalam kunjungannya ke kampung kampung mencoba memperkenalkan tempe dari rasa, hingga mengajak mereka untuk menikmati sajian dari tempe secara gratis. Lambat laun tidak menutup kemungkinan cara memproduksi tempe pun akan diajarkan sebagai bagian misi membangun kehidupan para penduduk di pedesaan kamboja agar lebih mandiri dan memperoleh penghasilan dari makanan alternatif ini.
Saya teringat akan kasus saling klaim budaya antara negara kita dengan negara tetangga kita tempo hari. Persoalan penyebaran budaya itu mungkin sudah dilakukan tidak hanya beberapa dekade lalu, tapi mungkin juga sudah lebih lama daripada itu. Seperti halnya bahasa, pakaian, lukisan, ukiran, tarian, dan lain sebagainya asalkan kita tidak berhenti dan terus melestarikan budaya kita sendiri, saya amat tidak yakin 100 tahun kedepan, kamboja akan mengklaim bahwa tempe adalah makanan khas mereka.
Kalau melihat kejadian dengan Malaysia, mungkin saja nantinya ada negara yang mengklaim tempe sebagai makanan khas mereka, Kamboja misalnya. Kan kalo setiap hari kita makan itu, itulah makanan khas kita kan? Jadi tidak salah juga klo mereka klaim begitu.
jujur saja, sebetulnya saya pribadi juga tidak yakin bahwa tempe itu adalah makanan asli Indonesia.
teknologi fermentasi aneka makanan sudah dikenal di seluruh dunia sejak jaman baheula…
tapi disini juga belum ada yang kenal mas..
setidaknya sudah saya dokumentasikan disini..hee….
Kalo menurutku, justru penyebaran yang bagus terhadap apapun itu adalah ketika ia diakui sebagai budaya umum dan global.
Lihatlah sandwich.. aku yakin kain hari kian susah untuk mengklaim darimana asalnya sandwich 🙂
Halo Boyin,
Saya pernah membaca bahwa hak patent tentang cara pebuatan tempe telah diajukan oleh orang Amerika dinegaranya.
Saya terkejut kenapa orang kita tidak bisa mendahuluinya.
Tentang ribut2 pemakaian ‘karya seni’ Indonesia oleh orang Malaysia, saya juga berpikir bisa terjadi karena orang kita tidak peduli dengan karya seni bangsa sendiri.
Kita baru mau beramai-ramai pakai batik setelah orang Malaysia membuat yang mirip.
Wow… saya suka banget ama tempe.
Padahal dulu ada temen yang IQnya agak jongkok sering dibilang “otak tempe”.
Tapi itu nggak mengurangi hasrat saya akan tempe.
Ternyata oh ternyata tempe mendunia, berarti selera saya selera dunia hehehe…. *peace*
Salam
iya betul juga yah
agaknya kebanggaan2 seperti itu harus di kendalikan ya, karena kalo tidak kita bisa pusing sendiri menanganinya.
sama donk ama selera saya…haaa..
oow… makanan malaysia satu itu emang mendunia… hehehe 😎
bagaimanapun ada. “rasa” tersendiri ketika bs menikmati sesuatu dr tempat asal di perantauan.
Kalau ada yang sukses membuat franchise rumah makan tempe, saya yakin tempe bakal mendunia seperti pizza, fried chicken dan lain-lain.
Misal Java Fried Tempes (JFT)….he..he..he….
Wah, bahaya juga kalau tempe di klaim ama kamboja.
Yang jelas, rasa kangen kang Boyin terhadap tempe bisa terobati.
Saya tak bisa lepas makan tempe, semoga harga kedelai tidak naik banyak, hingga para pembuat tempe masih untung, dan tempe masih terus ada.
itu termasuk makanan favorit saya bu..
kayaknya sih bakalan nggak sih mas…hee..
betul juga tuh idenya mas…
setuju..
loh..haaa…
Melestarikan budaya adalah tugas bersama,waspadai negara tetangga…?
Saya suka makan tempe, dari kecil makannya tempe.
Tapi pengen tempe diinovasi agar lebih menarik..
tempe + pecel mas… dikamboja ada pecel juga?
btw theme baru ya mas.. kebetulan barusan saya juga posting theme ini.. niche theme 🙂
Gak apa juga sih, tapi resep penyet sama bacem, jangan dikasih tau 🙂
Wah blog ini merupakan salah satu upaya yang tepat untuk mendokumentasikan warisan kita Bro 🙂
betul, tapi bukanya sekarang sudah ada seperti burger tempe misalnya
ide bagus tuh…
selama masih kuat bayar hostingan…heee…
adalah, kalo cuman bumbu kacang disini kita bisa buat sendiri
Tempe selain murah juga bergizi tinggi. Maka tidak heran diperkenalkan menjadi makanan alternatif di kamboja. Infonya keren mas. Salam Kenal
mandor pabrik seperti saya langsung mencari peluang ke kamboja sana melalui blog ini 😀
iya donk, ntar saya yang bantu bikin postingan…heee..gratis lho…
dengan adanya postingan tentang tempe di blognya Mas Boy ini,
semoga ketika suatu hari nanti , kalau disana ada klaim ttg tempe , sudah ada bukti melalui tulisan ini, kalau tempe asli negeri kita ya Mas 🙂
salam
Salut juga buat Bapak misionaris, disamping menjalankan misi keagamaan juga menyebarkan cinta makan tempe. Di Jepang seorang perantau dari Jogya telah berhasil menjadi pengusaha tempe yang sukses. Sukses ditengah aturan kesehatan yang sangat ketat tentu patut di apresiasi. Salut lagi…
wah jepang pun ada yah..trims infonya…
semoga tetep kuat bayar hostingannya bu…hee…
Tempe merupakan salah satu makanan sederhana tetapi bergizi tinggi, dan tidak menutup kemungkinan di Kamboja akan menjadi semacam makanan nasional setelah sekian puluh tahun kemudian. Tapi mudah-mudahan mereka tetap mengakui bahwa mereka mengenal tempe adalah dari orang Indonesia, sehingga tidak mengklaim sebagai makanan yang berasal dari negara mereka.
minimal saya harus tetap mempertahankan hostingan di blog ini mas…heee…
[…] dan sampai sekarangpun minimal satu kali seminggu saya masih sering makan tempe dari teman saya yang jualan tempe di kamboja […]