Sejak beberapa tahun yang lalu, karena beberapa peristiwa yang terjadi terhadap teman, saudara atau pada diri sendiri membuat saya mempunyai persepsi yang tidak baik terhadap profesi dokter. Terlalu panjang rasanya kalau saya harus ceritakan ulah apa yang dokter dokter tersebut lakukan, intinya saya punya pandangan berhubung biaya menjadi dokter itu mahal, seolah olah mereka memperlakukan seorang pasien itu murni sebagai sebuah bisnis yang dimana biaya investasi mereka mulai dari sekolah sampai peralatan praktek mereka kudu balik modal cepat.
Demikian juga di kamboja sini,ulah para dokter juga sama aja, nggak dokter lokal ataupun interlokal..eh..internasional maksudnya kelakuannya sama aja, tak heran beberapa rekan indonesia yang bergerak di bidang farmasi juga senang bisnis obat obatan disini. “penduduknya cuman 14 juta jiwa tapi omset obat obatan pertahunnya gede juga”,ujar seorang teman waktu itu.
Disini sakit flu obatnya bisa 5 macam, weleh..weleh…istri sakit panas, kena infus 2 botol, tes darah plus obat obatan…ajaib? emang itulah yang terjadi, abis itu bukannya sembuh eh, malah dokter yang asli Amrik itu salah diagnosa. “Mungkin Amrik buangan kali”, pikir saya waktu itu.
Saya lumayan bersyukur, udah 4 tahun ini saya belum mendapat kesempatan bertemu dokter karena sakit, kalo hidung udah rada rada gatel karena mau pilek, saya sudah ke apotik untuk cari obatnya. Mudah mudahan bisa seperti ini seterusnya.
Sudah 2 minggu ini saya begitu kuatir dengan kesehatan anak saya, mata kakinya terkilir dan luka sehingga membuatnya tak bisa jalan dan bengkak yang cukup mengkhawatirkan. Hasil x ray menyatakan tidak ada tulang yang retak atau patah. Setelah ditunggu seminggu bukannya membaik malah tidak ada kemajuan.akhirnya saya putuskan ke dokter lain atas rekomendasi teman.
Singkat cerita setelah bertemu dengan dokter ini, saya cukup kuatir karena luka si kecil harus di bersihkan lagi dan harus di perban, terbayang lukanya yang lumayan dalam sampai keliatan tulangnya, membayangkan saja seperti membayangkan rujak mangga hanya ini versi seremnya saja, menelan ludah aja rasanya kelu ini lidah dan saya harus menunggu selama proses tersebut.
Setelah cukup resah karena lama menunggu sekitar 45 menit, akhirnya si kecil keluar dengan muka ceria, membuat saya terbengong bengong tak percaya karena selama ini yang dilakukannya adalah menangis sampai meraung raung karena sakit. Si dokter juga cukup simpatik dengan anak anak sampai akhirnya dia meminta anak saya mengeja namanya untuk ditulis di perban tebal seperti gips pada kakinya.
” could you spell your name?” tanya si dokter, “my name is A..N..G..E..L..I..N..A” jawab si kecil dan si dokter menambahkan kata kata “we love you” setelah itu si kecil balik bertanya ke dokter tersebut “doctor, can i do the same thing on your hand?”. Si dokter berpikir sejenak dan akhirnya dengan senyumanya dia pun menyerahkan tangan kirinya untuk ditulis si kecil yang menuliskan namanya, tanda hati (love) dan selanjutnya bertanya “what is your name doctor?”, si dokter tersenyum sambil mengeja namanya ” ok, you hear sweetie, V..U.T..H..Y” dan coreng morenglah tangan si dokter oleh coretan si kecil yang baru belajar menulis itu.
Wah, begitu trenyuh hati saya melihat peristiwa itu, gembira melihat si kecil tidak meraung raung kesakitan dan juga gembira ternyata tidak semua dokter money oriented, ternyata masih ada juga dokter yang penuh kasih, natural tak di buat buat dan telaten tanpa hitung hitungan waktu dengan jam prakteknya.
Di dalam kendaraan pulang di kecil pun kagum oleh dokter barunya dan bercerita kepada saya ” daddy, just now i said to doctor that i want to be like you”. ” maksud adik, you want to be doctor like doctor vuthy gitu?” tanya saya. Si kecil pun mengangguk.
“ya sudah, mudah mudahan ya nak, dan jadilah dokter yang baik”, jawab saya dalam hati.
Iyalah… dokter banyak yang cuma money-oriented tapi nggak jarang pula yang memang terpanggil jiwanya untuk selalu menolong, tergantung orangnya juga.
Sebaiknya sih kalau cuma pilek sedikit2 nggak usah minum obat. Pertama biar memberi kesempatan buat sistem kekebalan tubuh kita untuk melawan penyakit secara alamiah. Kedua, dalam jangka panjang obat sebenarnya racun bagi tubuh, bahkan saya bingung ada orang yang takut MSG/vetsin tapi sedikit2 minum obat, padahal….. apalagi sampai ada dokter yang ngasih antibiotik buat menyembuhkan flu. Itu entah dokternya yang cuma lulusan D3 (hehehe… mana ada ya??) atau pasiennya yang gampang dikadalin padahal flu nggak bisa dihabisin dengan antibiotik karena ia disebabkan oleh virus bukan bakteria. Antibiotik hanya membunuh bakteria. Kecuali mungkin ada infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteria selama masa flu tersebut… itu masih masuk akal. 🙂
.-= Yari NK´s last blog ..Ramadhan Mubarak… =-.
kalo lulusnya ngredit mungkin kudu kejer setoran ya kang..?
semoga banyak dokter sperti dokter diatas ya…khususnya di indonesia
jujur,sampe sekarangsaya masih ragu untuk berobat ke dokter…karena udah beberap kali dikecewain oleh dokter 🙂
salam akrab dari burung hantu
.-= Denuzz BURUNG HANTU´s last blog ..PILIH-PILIH… PILIH YANG MANA =-.
kalau kita kedokter niatannya cuma pengen sembuh bila merasa sakit. Namun saat ini ternyata ada banyak versi/macam bila kita ke dokter. salah satunya syarat berbadan sehat. bersikap detailman dll. salam
kecewa juga yah…wahh
kadang tergantung dokter nya juga sih. Sejauh ini gw lebih memilih layanan sendiri alias bayar sendiri kalau sakit dan kalau berobat. Soalnya kalau pake layanna kantor kadang obat nya tak mujarab mungkin lebih mujarab obat dukun
.-= soe´s last blog ..At least not alone anymore =-.
saya juga pernah kepikiran bahwa dokter adalah profesi yang money-oriented sangat, tetapi setelah saya kena penyakit syndrom nefrotik dan yang mengatasi itu rupanya dokter yangt baik dan selalu memberi pilihan alternatif untuk tidak selalu minum obat kimia. Bahkan dia juga memebri resep dari bahan alami untuk dicari sendiri.

dukun…?…wow..
nah itu juga seorang dokter yang baik..
“saya belum mendapat kesempatan bertemu dokter karena sakit”, sebaiknya kalimat belum diganti “tidak” saja pak
Pertama, salam buat dokter itu Mas… 😀
Kedua, semoga kita semua diberi kesehatan yang prima sehingga nggak perlu kedokter.
Salam Merdeka!
.-= marsudiyanto´s last blog ..Semoga Tidak Terlambat =-.
Biasanya saya memilih dokter yang bisa diajak diskusi, dan saat menulis resep saya akan menanyakan mengapa dia memberi obat itu, dan apa nanti kegunaannya. Jadi, dokternya sudah sungkan duluan kalau bikin resep yang aneh-aneh…
Terus saya punya buku DOI (Daftar Obat Indonesia)…resep tadi saya cocokkan dulu dengan bukunya, apa kontra indikasinya (jangan sampai salah obat)…kalau cocok baru dibeli.
Dokter yang tak bisa diajak diskusi nggak akan didatangi lagi..resepnya saya buang dan pindah dokter lain. Lha sekarang banyak dokter yang bagus kok.
.-= edratna´s last blog ..Mencoba wisata kuliner dan oleh-oleh di Samarinda-Balikpapan =-.
dapet bukunya dimana bu?
betul pak kalo bisa gak usah sering2 ke dokter, walau dibayar perusahaan sekalipun..lebih baik sehat khan?
kalo”tidak”berarti mendahulukan yang di Atas donk..haa…
Di Jakarta, biasanya di Gramedia…ini sangat menolong untuk orang awam.
Dulu, yang ngasih tahu saya juga seorang dokter, untuk beli buku ini
.-= edratna´s last blog ..Mencoba wisata kuliner dan oleh-oleh di Samarinda-Balikpapan =-.
weh tidak semua dokter kemaruk bos
heheheheh semoga semua dokter menjadi kayak yang ditulis kang boyin
maaf lama ngak kesini mas… maklum suspend lagi
.-= soewoeng plasu´s last blog ..soewoeng yang kosong =-.
disana puasa gimana bos? ulasanya duonggg
Hhmmm…
wah udah muncul lagi nih..ntar ke tkp deh..
gramed ya bu..makasih banyak infonya bu..
puasa berjalan dengan lancar kok, suka ada undangan buka puasa bersama ama KBRI..oya pak kun masih kok di KBRI…
Salam Kenal dariku, nice artikel 😀 Sekalian mau bilang Met Puasa bagi yang puasa. Met sejahtera bagi yang gak njalanin. Semoga selamat & damai dimuka Bumi. Amin 😀
hehe …. ternyata dokter pun punya karakter beragam, ya, mas. ada yang ramah dengan pasien, ada juga yang serba galak, hehe … bisa jadi lantaran galaknya itu yang sempat membuat mas boyin benci, apalagi kalau sakitnya ndak kunjung sembuh, syukurlah “sang malaikat kecil” sudah kembali sehat dan fresh!
.-= sawali tuhusetya´s last blog ..Friends Award Tak Terduga =-.
Saya termasuk orang yang rewel kalau berurusan dengan dokter. Saya punya dokter langganan sejak masih kecil 30 tahun yang lalu. Walaupun saya sudah pindah rumah beberapa kali tapi tetap saja kalau kena penyakit yang tidak ringan pasti saya datangi dokter tsb. Dan hasilnya selalu bagus.
.-= Harry Nizam´s last blog ..Indonesia and Malaysia Today =-.
udah kayak sugesti gitu ya bang..
galak iya tapi yang gak nahan itu matre nya..ada dokter yang kalo dikasi pertanyaan mengenai hal yang berkaitan dengan penyakit kita malah liat jam karena banyak pasien menunggu diluar sana…wuiih..
Di Australia sini layanan kesehatan gratis untuk warga sehingga dokter yang mata duitan agak jarang ditemui 🙂
Sama dengan gambaranmu, di sini dokter juga banyak yang begitu ramah pada pasiennya tak terkecuali anak kecil 🙂
Kupikir dokter2 pada masa datang memang harus demikian karena dengan begitu tak semua orang jatuh pada anggapan bahwa dokter adalah menakutkan 🙂
Dah sembuh, Angelina?
.-= DV´s last blog ..Siapkah kita untuk mengalami kemunduran =-.
Saya pernah berobat ke seorang dokter gigi yang saya anggap dokter 1/2 sosial. Waktu itu saya sakit gigi karena gusi bengkak akibat ada lubang di gigi. Karena masih bengkak maka sang dokter nggak berani melakukan tindakan lebih lanjut, jadi hanya dikasih resep sambil berpesan jika udah hilang bengkaknya baru lobangnya ditambal.
Waktu saya ingin bayar, sang dokter malah ngomong “nggak usah, kan hanya tulis resep”.
.-= tikno´s last blog ..The way I see the independence of a country =-.
betul, kebetulan dokter ini orang kamboja yang lulusan belgia dan fasih berbahasa prancis, mungkin karena wawasanya yang membuat sikap yang tidak sama dengan dokter lainnya. Angelina masih dalam tahap pemulihan..hee
nah itu dokter yang bener….punya etika…
Wempi kalo bisa gak mau berurusan sama dokter, pemerintah dan polisi [pendapat pribadi, hee…]
haaa…normal itu wemp…
semoga kita selalu dikaruniai kesehatan, bilamana dianugerahi sakit pun, semoga ketemu dokter-dokter yang baik…
Bru, baca blog ini. En, renyah bin gurih bahasanya!!!
gurih,,?haaa..maklum baru belajar nulis..sering2 mampir mas..
dokter anak seringkali lebih punya hati ketimbang dokter spesialis lain.
ini bukan dokter anak lho…ini dokter bedah umum yg kebetulan menyukai anak2..
Hahahahha.. komentar yang terakhir lucu juga.. salam kenal yaaa 🙂